Photobucket

Selasa, 19 April 2011

Makna Emansipasi Dan Hari Kartini

April identik dengan bulannya cewek.. kenapa? Karena di Indonesia bulan April memang special. Terutama pada tanggal 21 April disetiap tahunnya kita memperingati Hari Kartini. Ada lomba kebaya, lomba melukis dan lain-lain. Namun aneh rasanya jika kita memperingati Hari Kartini, tapi tidak ngerti siapa dan gimana Kartini itu. Juga tentang apa saja yang diperjuangkannya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia emansipasi bermakna persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Apapun pemaknaanya kini sepertinya emansipasi selalu identic dengan emansipasi perempuan. Dari persoalan yang kecil hingga persoalan besar, sampai harus dibuat kementerian peranan wanita. Pemberdayaan wanita ataupun istilahnya seolah-olah perempuan Indonesia itu nggak berperan, nggak berdaya.

Faktanya cewek Indonesia sudah berdaya. Memiliki keberdayaan tinggi, meski kadang sering diiringi dengan kesalahan kaprahan terhadap makna emansipasi cewek terhadap cowok itu sendiri. Dengan kata lain, buruknya emansipasi perempuan dijadikan excuse untuk hal-hal yang nggak esensial.

Hal buruk lainnya adalah emansipasi perempuan menkadi kedok eksploitasi perempuan itu sendiri, yang kadang nggak disadari para cewek. Itu namanya gegar emansipasi, alias lupa jati diri dan ini bukan kemauan kartini. Perhatian kartini nggak semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah social umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi, dan persamaan hokum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Karena dari buku-buku, Koran dan majalah Eropa yang dibacanya, kartini tertarik pada kemajuan berfikir perempuan Eropa. Focus keinginannya satu, memajukan perempuan pribumi. Meski kartini berbicara banyak tentang hal social, budaya, agama, bahkan korupsi.

SELAMAT HARI KARTINI…..!!!


»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 18 April 2011

Emansipasi dan Kartini

Sejarah telah mencatat Raden Ajeng Kartini memperjuangkan emansipasi lewat tulisantulisannya. Begitu pula dengan Raden Dewi Sartika melalui Sekolah Kautaman Istri-istrinya. Keduanya muncul di akhir abad ke 19 dalam masa Kolonial Tanam Paksa.
Sedikit banyak perjuangan keduan pahlawan perempuan tersebut mempengaruhi politik Hindia Belanda hingga mengeluarkan Politik Etis, membalas budi dengan mencoba berterima kepada rakyat melalui kelonggaran pribumi bersekolah, selain pembenahan irigasi dan emigrasi. Kedua pahlawan tersebut juga memberdayakan kesempatan hingga munculnya kesempatan mendirikan sekolah, bahkan membuat kelompok politik pada dasawarsa pertama abad ke-20


Emansipasi seperti terlahir kembali pada masa itu. Persamaan hak dari pribumi didengungkan kepada hindia belanda sebagai perjuangan terhadap eksploitasi pribumi dan tanah airnya. Sebuah perang dengan cara moderat tanpa adu kekuatan fisik, tapi adu otak, adu harga diri.
Nggak berselang lama kebangkitan harga diri pribumi mulai naik hingga sebut sebgai zaman kebangkitan nasional. Nggak hanya bangkit meruncingkan bambu, tapi cuga meruncingkan pikiran, mengasah otak melalui kata-kata, baik dimeja volksraad maupun di media cetak. Kebangkitan nasional nggak bisa lepas dari perjuangan emansipasi dua pahlawan perempuan tersebut yang sering disebut sebagai perjuangan emansipasi perempuan.

»»  Baca Selengkapnya...

Template by:

Free Blog Templates